Kesedihan Bung Karno atas kepergian Ahmad Yani saat peristiwa G30S PKI


Peristiwa 30 September merupakan kejadian paling kelam yang terjadi di Indonesia dan masih menjadi misteri sampai sekarang. Jenderal (AD)  A Yani merupakan salah satu korban dari kebiadaban PKI.

Pada 2 Oktober 1965, terkait peristiwa G30S, Presiden Soekarno telah memanggil semua Panglima Angkatan Bersenjata bersama Waperdam II Leimena dan para pejabat penting lainnya dengan maksud segera menyelesaikan persoalan apa yang disebut Gerakan 30 September.

Tindakan Bung Karno itu merupakan langkah standar karena dirinya adalah selaku Panglima Tertinggi ABRI.

Pada tanggal 3 Oktober 1965 pagi, Maulwi menghadap Presiden Soekarno, menyampaikan laporan tentang perkembangan terakhir yang terjadi pada saat itu

Kesedihan Presiden Pecah atas nasib para jenderal yang diculik dan dibunuh, khususnya Jenderal Ahmad Yani, jenderal yang amat disayanginya.

Soekarno jelas terkena pukulan telak ketika mengetahui bahwa Jenderal Ahmad Yani menjadi korban. Ia akhirnya menangis di depan makam Jenderal A Yani. Ini merupakan pertama kali Bung Karno menangis di depan publik begitu hebat.

Sangat wajar jika Bung Karno merasa terpukul dan sedih. Pasalnya Soekarno menginginkan A. Yani untuk menggantikan perannya sebagai presiden jika kesehatannya terus memburuk. Bahkan Bung Karno sempat menyatakan pernyataan tersebut di depan Sarwo Edhie Wibobo, AH Nasution, Soebandrio, dan Chaerul Saleh.

Banyak yang mencurigai jika penculikan Jenderal A. Yani adalah konspirasi dan intervensi negara luar. Pasalnya Jenderal A. Yani merupakan orang yang sangat vokal mengkritisi dan menolak intervensi asing di Indonesia.

Tentu saja kehilangan sosok pengganti, membuat Bung Karno merasa terpukul. Apalagi kesehatannya semakin memburuk dan tidak ada orang yang bisa ia pegang perkataannya.


Comments

Popular posts from this blog

Hubungan SUPERSEMAR dan G30S PKI

Kematian aktivis penegak HAM indonesia ( Munir Said Thalib )