Hubungan SUPERSEMAR dan G30S PKI
"Hubungan SUPERSEMAR (Surat Perintah Sebelas Maret 1966) dan G30S PKI untuk mengkudeta kekuasaan Soekarno"
Pada tanggal 30 September 1965 terjadi sebuah pemberontakan revolusioner oleh PKI, yang selanjutnya disebut sebagai Gerakan 30 September / Partai Komunis Indonesia (G 30 S/PKI). Pemberontakan ini diawali dengan menawan 7 Jendral AD, dan selanjutnya para tawanan tersebut dibunuh secara kejam. Tidak cukup sampai disitu PKI juga merebut beberapa instansi vital pemerintah. Seperti RRI, bandara Halim Perdana Kusumah. Setelah merebut RRI, PKI menyiarkan berita tentang usaha kudeta 7 Dewan Jenderal kepada masyarakat luas. Dalam usaha kudetanya pasukan PKI yang dibawah Letkol Untung dan DN. Aidit dapat ditumpas dalam 2 hari. Penumpasan yang dipimpin oleh Soeharto dan Sarwo Edi Wibowo ini dikisahkan secara heroic dalam film G 30 S/PKI yang saat ini sudah dilarang untuk diputar. Penumpasan itu berjalan lancar dan cepat, serta terkesan menunjukkan keprofesioanalan pasukan Divisi siliwangi dibawah pimpinan Soeharto dan Sarwo Edi Wibowo. Setelah penumpasan ini masyakat luas mengutuk perbuatan PKI. Bahkan PKI sudah dianggap musuh di dalam Negara sendiri.
Dalam perkembangannya muncullah Supersemar sebagai tidak lanjut dari penumpasan pemberontakan G 30 S/PKI. Surat perintah yang berisi mandat dari Presiden untuk Mayor Jendral Soeharto untuk membersihkan semua kabinet dari PKI dan mebubarkan PKI itu sendiri. Yang menarik untuk ditelisik adalah hubungan Soekarno dengan Soeharto sebelum Supersemar dan pasca penumpasan G 30 S/PKI. Dalam beberapa versi cerita, Soeharto sudah merencanakan creeping coup d’eat (Kudeta merangkak) kepada Soekarno. Hal ini tampak pada sikap Soeharto yang terkesan membangkang kepada perintah Soekarno, salah satunya adalah saat Soekarno meminta Soeharto untuk mendatangi rapat di Halim Perdana Kusuma. Soeharto menolak hadir dalam rapat itu, entah mengapa. Terlihat hubungan mereka kurang baik dalam beberapa waktu pasca penumpasan G 30 S/PKI. Namun anehnya mengapa mandat sepenting Supersemar justru muncul dan diberikan kepada Mayor Jendral Soeharto yang saat itu sedang tidak dalam keadaan baik hubungan diantara keduanya. Selanjutnya mandat itu berisi untuk menumpas PKI sampai ke ujung akarnya. Dalam hal ini Soekarno sendiri adalah salah satu orang yang mendukung pembentukan PKI dalam masa orde lama. Dan juga setelah supersemar dikeluarkan Soekarno meminta agar larangan pembentukan kembali PKI dicabut. Namun hal itu tentu saja ditolak oleh sang penerima mandate yaitu Soeharto. Hal ini sungguh controversial, dimana apabila mandate itu memang berisi untuk membubarkan PKI mengapa Soekarno malah merestui partai PKI untuk terbentuk kembali dengan keinginannya untuk mencabut larangan pembentukan kembali PKI. Hal – hal diatas dapat mengerucut kesebuah kesimpulan yaitu Supersemar bukanlah surat yang perintah yang benar – benar ditulis seorang presiden kepada mayor jendralnya. Namun sebuah pemaksaan kehendak dari kubu Soeharto untuk mengkudeta kepemimpinan Soekarno.
Dari uraian diatas dapat kita ambil sebuah benang merah. Bahwa G 30 S/PKI berhubungan erat dengan Supersemar. Dan hal yang dibahas adalah sama yaitu soal Komunisme dan penggulingan kekuasaan. Jika kita lihat, G 30 S/PKI dapat ditumpas begitu cepatnya oleh Soeharto dan Sarwo Edi Wibowo. Jika kita kaitkan dengan pola kudeta Soeharto terhadap Soekarno maka ada hubunganya. Nama Soeharto naik setelah menumpas G 30 S/PKI, dan Supersemar yang di mandatkan kepadanya seakan memperkuat posisinya di mata masyarakat luas. Apakah G 30 S/ PKI sebenarnya didalangi oleh Soeharto dan para koleganya ? sehingga dapat dengan mudah dia mendapat momentum yang tepat dimana komunis mendapat citra negative dari masyarakat sedangkan presiden Soekarno sendiri masih ingin mempertahankan komunis sebagai salah satu pendukung tujuannya untuk membentuk NASAKOM ( Nasionalisme, Agama, dan Komunisme ). Inilah celah yang seakan menjadi jalan bagi Soeharto untuk merebut kekuasaan presiden Soekarno. Apakah benar demikian ? bahwa G 30 S/ PKI adalah gerakan yang dimotori oleh Soeharto dan antek – anteknya ? hal ini masih belum bisa dipastikan. Karena ini hanya bersifat praduga berdasarkan pada analisis fakta yang terjadi pada kisaran waktu 1965 – 1966. Semoga kebenaran bisa terungkap.
Comments
Post a Comment